Jumat, 13 Juni 2014

Tak seperti dahulu

Senja itu terlihat tak seperti biasanya. Setelah kini aku sadari.
Aku terlalu lemah.
Aku hanya terlalu bergantung pada sebuah knyataan yang mustahil.
Ya, aku bergantung pada pendirianku ini yang makin hari kini mulai mengkikis.

Rasanya aku tak lagi seperti dulu, ya dulu saat awal aku berpegang teguh pada pendirianku.
Rasa yang sangat semangat, rasa optimisku yang membara bagaikan api.
Ya semenjak dulu hanya kau yang selalu hadir di pikiran ini. Selalu terbayang akan sosokmu yang kini entah dimana?

Tapi yang aku rasakan kini, semakin hari mulai saja rasa ini mengkikis.
Bagaikan batu yang telah terguyur ombak setiap hari. Ya seperti itulah mulai mengkikis.
Bagaimana makna kata kata 'semua akan indah pada waktunya' jika tak di jalankan dengan usaha?
Apa semua akan benar benar indah? Itu mustahil. Jika tak dijalakan dengan usaha.

Apa iya kah kau hanya menunggu itu? Seperti halnya kau menunggu di puncak, sedangkan ada orang lain yang menunggu dengan cara mendaki bersama. Tapi kau malah hanya saja menunggu dipuncak sedangkan aku mendaki sendiri?
Kenapa tidak kita lakuan hal seperti itu saja? Dengan kita mendaki bersama kita akan sampai pucak bersama?

Aku melemah.
Aku lumpuh.
Aku kosong.
Aku hilang.
Aku tak tau harus berbuat apa lagi kini. Mungkin rasa sabarku juga mengkikis telah pudar.
Hingga kini aku benar benar mendapatkan titik kejenuhan itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar